PDAM Akui Baru Setor Rp755 Juta
Rabu 26-07-2017,09:00 WIB
KEJAKSAN – Tampak loyo dalam menunaikan kewajiban setor ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan laporan keuangan yang disusun Badan Keuangan Daerah (BKD) sampai semester II tahun 2017, direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon angkat bicara.
|
Direksi PDAM Kota Cirebon rapat dengan DPRD. Foto: Fajri/Rakyat Cirebon |
Direktur Utama PDAM, Sopyan Satari SE MM menjelaskan, pada tahun 2016, PDAM Kota Cirebon mengalami kebocoran atau kehilangan air sebesar 35,39 persen dengan perhitungan secara fisik. Adapun penyebab dari tingginya angka kebocoran terdapat beberapa hal.
“Diantaranya, terjadi banyak kebocoran pada pipa dinas dan pipa distribusi, meter air sudah melampaui umur teknis atau rusak, pencurian air (illegal connection), tidak digunakan alat ukur untuk meter air induk, meter air sulit dibaca karena buram, hingga sering dilakukan spay untuk membuang udara sehingga terjadi pembuangan air,” ungkapnya, Selasa (25/7).
Pria yang akrab disapa Opang itu menambahkan, di tahun 2017 semester I, tingkat kebocoran dengan perhitungan secara fisik sampai 31 Mei mencapai 28,05 persen. Itu artinya, terjadi penurunan mencapai 7,34 persen dari tahun 2016. Sedangkan standar kebocoran nasional sendiri telah ditentukan sebesar 28,05 persen.
“Penurunan kebocoran ini disebabkan karena PDAM telah berupaya secara optimal dengan menjalankan beberapa program. Misalnya dengan penggantian meter air yang rusak, penggantian meter air yang berusia lebih dari 10 tahun, penertiban illegal connection, sampai penggantian perpipaan yang telah rusak akibat umur ekonomis,” terangnya.
Opang menjelaskan, saat ini pihaknya sudah memasang meter air induk di bagian produksi dan distribusi, yang mana selama ini menggunakan meter air induk secara bersamaan. “Dengan begitu, keakuratan pemakaian air mudah dibaca secara real time,” kata dia.
Mengenai kontribusi ke PAD, Opang menuturkan, setoran laba yang disetorkan ke Pemkot Cirebon tahun 2015 sebesar Rp1.486.300.395 dan untuk tahun 2016 sebesar Rp1.645.501.520. Setoran laba yang sudah disetorkan untuk tahun 2016 sebesar Rp775.000.000, sisa laba yang belum dibayarkan sebesar Rp870.501.520. “Rencana setoran laba tahun 2017 sesuai dengan RKAP sebesar Rp2.160.675.000,” katanya.
Sementara itu, Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH juga angkat bicara soal mengemukanya realisasi PAD dari BUMD. Menurutnya, data yang dirilis BKD Kota Cirebon baru sampai triwulan ke-II. Sehingga belum bisa disimpulkan capaian realisasi pendapatan masing-masing BUMD yang disetor ke PAD.
“Masih ada dua triwulan lagi. Siapa tahu akan terjadi peningkatan signifikan di akhir tahun. Kita tidak boleh pesimis,” kata Azis, usai mengikuti rapat paripurna di gedung DPRD. Namun demikian, dirinya sebagai owner dari semua BUMD di Kota Cirebon, Azis tak tinggal diam.
Dalam waktu dekat, ia akan mengumpulkan semua direksi dan dewan pengawas setiap BUMD. “Saya akan kumpulkan semua direksi. Untuk saya berikan motifasi agar mencapai target,” kata dia.
Politisi Partai Demokrat itu juga menjawab mengenai permintaan Komisi II DPRD kepada BUMD untuk memberikan perencanaan bisnis (business plan). Menurut Azis, kalau dewan perlu memelajari business plan dari masing-masing BUMD, mestinya meminta kepada owner.
“BUMD itu bertanggungjawabnya kepada kepala darah. Apa yang dimiliki BUMD (business plan, red) hanya diberikan kepada kepala daerah sebagai owner. Kalau dewan minta business plan, mintalah ke saya, bukan ke BUMD,” katanya.
Untuk diketahui, persis hanya ada dua BUMD yang terlihat bergeliat memberi kontribusi terhadap PAD, yakni Bank Cirebon dan Perumda Pasar. Berdasarkan catatan laporan keuangan yang disajikan Badan Keuangan Daerah (BKD), Bank Cirebon menjadi BUMD yang paling tinggi berkontribusi ke PAD, disusul Perumda Pasar.
Dari target yang dibebankan kepada Bank Cirebon sebesar Rp1.128.970.300, sampai triwulan II realisasinya sebesar Rp1.792.729.127 atau 158,79 persen. Angka itu sudah jauh melewati batas target PAD bagi Bank Cirebon. Untuk Perumda Pasar, target yang dipasang sebesar Rp Rp317.000.000, realisasinya sebesar Rp249.900.209 atau 78,83 persen.
PDAM sendiri ditarget sebesar Rp2.796.796.000, tapi realisasinya baru Rp755.000.000 atau 27 persen. Sedangkan Perumda Farmasi yang ditarget sebesar Rp181.142.000 dan PD Pembangunan ditarget sebesar Rp210.000.000, keduanya masih belum berkontribusi ke PAD. (jri)
Sumber: